Pernah pada waktu tes psikolog, ada form yang isinya
menanyakan apakah keputusan terbesar dan terberat yang pernah anda ambil?
Tanpa
mengesampingkan, hal lain saya menjawab : Memutuskan untuk menikah. Menikah itu
bagi saya adalah sebuah keputusan, bukan pencapaian. Keputusan yang harus
dijalani seumur hidup dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Lho, menikah
itu pencapaian kali broooo! Ya, tapi bagi saya itu menjadi pencapaian apabila
pernikahan itu mampu bertahan dan hidup bahagia sampai akhir hayat nanti, atau
sampai ke pernikahan silver bahkan gold. Itu bagi saya yaa.
Jadi apa yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk menikah
dengan pasangan saya saat itu? Pertama, setelah proses mengenalkannya ke orang
tua saya yang lumayan selektif, somehow saya merasakan, pasangan saya saat itu
bisa menempatkan diri dengan baik dan Ibu saya juga terlihat menerima dengan
baik. Jadi hal pertama dan pamungkas kenapa saya memutuskan menikah adalah saya merasakan adanya chemistry yang bagus diantara ia dan Ibu saya.
Hahaha..
Tahap kedua, Ia merupakan wanita karir! Salah satu syarat
tak tertulis dari Ibu saya yang saya ingat, “ kalau bisa cari istri yang pinter
bantu cari duit..” dan karena ia merupakan wanita karir, kami benar-benar saling mendukung
pekerjaan satu sama lain, saling sharing, dan karena saya orangnya suka
diskusi, dia menjadi lawan yang lumayan seimbang, hehe... dan tentu di sisi
lain, saya merasa bisa “bersaing” dan “tertantang” untuk jadi lebih baik lagi
dalam hal karir.
Tahap ketiga, sudah merasa cukup dengan diri masing-masing. Secara
emosional setidaknya kami sudah melalui 2 tahun bersama plus sudah traveling
bareng, yang kata beberapa pakar cinta, haha..., travelling bersama pasangan
bisa membuat kita mengetahui sifat dan perilaku pasangan baik saat senang dan
capek. Jadi setelah beberapa kali jalan bareng dan kami masih bisa menerima
kekurangan dengan batasan tertentu, ya akhirnya saya seperti yakin untuk
berhenti di dia. Kemudian, yang nilai plus nya, she can bought the fancy things
by her own. Entah bagaimana, hal itu bukannya membuat saya minder malah membuat
saya semakin kagum, bahwa ia wanita mandiri secara finansial.
Secara garis besar, tiga hal tersebut yang membuat saya
memutuskan untuk menikah, yang pastinya yang terpikirkan saat menulis artikel
ini. Menikah adalah sebuah ibadah dan dijanjikan kenikmatan serta rejeki dari
Allah, namun bukan berarti kita tidak menyiapkan dan memantaskan diri. Jangan sampai
setelah menikah, ternyata kesedihan yang dirasa bukan kebahagiaan karena tidak sesuai harapan..