Oleh : Gufi Laura
Patricia, Alumnus Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum
Aku ga pernah menyangka
sebelumnya bahwa pada saat wisuda bulan Februari yang lalu, tepatnya di
Balairung Universitas Indonesia aku melihat melihat namaku ada di layar
menempati posisi ketiga sebagai lulusan terbaik dari program studi ilmu hukum.
Siapa yang menyangka, seorang anak yang biasa-biasa saja semasa SMA dapat
berprestasi pada saat di kuliah? Pada saat itu mataku betul-betul terpaku pada
layar dihadapanku, dari jauh kudengar sayup-sayup suara kedua orang tuaku yang
kegirangan. Sungguh untuk berdiri saja saat itu aku gemetar.
Ketika aku duduk di bangku SMA
aku bersekolah di SMA Ricci 2 – Tangerang Selatan, Sebuah sekolah swasta yang
berada di Tangerang Selatan, siapa yang mengenal sekolah tersebut apabila
dibandingkan dengan sekolah – sekolah mentereng di daerah Jakarta maupun
Tangerang, seperti Penabur, Lab school dan lain sebagainya. Ketika itu aku
mengakui aku bukan siswa teladan, aku sering bersama teman-temanku sebelum
ujian mempersiapkan contekan, tentunya hal tersebut bukan hal yang baik! Akupun
mengakuinya, bahkan sempat aku mengalami peristiwa dimana aku nyaris ketahuan
menyontek! Kalian tentu bisa membayangkan bagaimana rasanya jantung kalian
berdebar-debar seakan mau copot.
Akan tetapi sikap buruk tersebut
perlahan-lahan mulai kutinggalkan, kira-kira kalian tahu atau tidak apa
alasannya? Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah ujian masuk PTN. Pada
saat itu aku mendaftar ke beberapa PTN, antara lain UI (sebagai harapan tertinggi
saya), UNPAD dan SBM-ITB. Harapanku untuk saat itu sangat jauh dari realistis,
teman-teman bahkan beberapa saudara jauh pun mungkin diam-diam memperolokku
atas ‘mimpi siang bolong’-ku tersebut. Akan tetapi hal tersebut tidak
sedikitpun mengecilkan harapanku. Aku mengikuti banyak bimbingan belajar,
buku-buku tes mungkin hampir semua yang ada di toko buku kubeli, semuanya hanya
untuk satu tujuan, yaitu bisa masuk ke PTN impianku. Banyak waktu kukorbankan,
dari waktu bermain dengan teman hingga pacaran, tapi selama itu baik untukku,
aku tidak peduli.
Satu persatu tes masuk kuikuti,
USM-ITB, SMUP-UNPAD dan juga SIMAK-UI. Harapan tertinggiku adalah SIMAK-UI akan
tetapi aku tidak menaruh banyak mimpi untuk bisa kuliah di UI, Universitas
terbaik di Indonesia tersebut terasa sangat jauh dari gapaian tanganku. Maka
aku menaruh harapan besar pada dua PTN lain yang kuikuti.
Mukaku serasa ditampar begitu
mengetahui hasil dari USM-ITB yang kuikuti, untuk pertama kalinya aku mengalami
kegagalan untuk ujian masuk PTN, perasaanku menjadi tidak nyaman, mengingat aku
belum memiliki sekolah sedangkan teman-temanku yang lain sudah mendaftar ke
beberapa Perguruan Tinggi swasta. Orang tua-ku pun mulai tidak tenang, mereka
menyuruhku untuk realistis dan mendaftar di salah satu Perguruan tinggi swasta
di Jakarta. Akan tetapi aku masih percaya, aku pasti bisa!
Tamparan kedua yang terjadi
adalah pada saat pengumuman SMUP-UNPAD, bagaimana mungkin sekian banyak usahaku
dipatahkan begitu saja! Aku kecewa benar-benar kecewa, tidak dapat kutahan air
mataku, mungkin ini salah satu jawaban dari Tuhan atas segala kemalasanku
sebelumnya. Banyak teman dan sanak saudara yang memperolokku atas mimpiku,
orang tua-ku pun saat ini sudah membulatkan tekadnya untuk mendaftarkan aku ke
PT Swasta, akupun dengan berat hati mengikuti keinginan orang tuaku tersebut,
meskipun aku sadar tidak mungkin harapan terakhirku bisa menjadi kenyataan, UI
? mungkin akan menjadi kenangan saja.
Aku sudah mendaftar di PTS yang
diinginkan orang tuaku, mereka sudah membayar uang pangkal dan hatikupun
akhirnya sudah mantap untuk berkuliah di PTS tersebut. Akan tetapi aku kemudian
ingat bahwa pada hari itu adalah pengumuman SIMAK-UI. Aku tidak dapat
memungkiri perasaanku kembali berdebar, agak naif, aku masih menaruh harapan
besar untuk mimpiku yang satu ini. Aku kembali membuka komputerku, mengakses
halaman pengumuman SIMAK-UI. Kusiapkan hatiku, aku berdoa, sungguh doaku saat
itu penuh pengharapan, apapun yang terjadi aku pasrahkan ke Tuhan. Kumasukkan
identitas ujianku dan kutekan tombol ‘Enter’ pada keyboardku. Perasaanku serasa
meledak, air mata kembali mengalir dari kedua mataku, tanganku bergetar, aku
menangis. Tidak bisa kutahan airmataku tersebut, aku berlari kearah papiku, aku
peluknya lah ia, akhirnya kulewati momen tersebut dengan menangis haru bersama
papiku. Bagaimana tidak? Harapan tertinggiku menjadi kenyataan, aku diterima
masuk UI untuk program studi yang paling kuiinginkan yaitu ‘Ilmu Hukum’, hari-hariku
akan diwarnai dengan jaket kuning, jaket yang hanya menjadi mimpi untukku,
sungguh perasaanku tidak dapat kuungkapkan.
Sealamat ya :)
BalasHapusselamat ya! semoga saya bisa juga masuk UI AMIN
BalasHapus